Jumat, 22 Mei 2015

TNI menang mutlak lombak tembak dunia, sikat Australia, Inggris & AS

TNI menang mutlak lombak tembak dunia, sikat Australia, Inggris & AS
Pindad SS2. ©istimewa


Merdeka.com - Di tengah peringatan Hari Kebangkitan Nasional Indonesia yang ke-107 tahun 2015, TNI mencatat kemenangan gemilang. Indonesia hampir dipastikan meraih kemenangan mutlak dalam Lomba Tembak Tahunan yang diselenggarakan oleh Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) tanggal 2-23 Mei 2015 di Puckapunyal, Victoria.

Lomba tersebut diikuti oleh 17 tim dari 14 negara. Sampai saat ini, Indonesia unggul di posisi pertama dengan raihan 28 medali emas, 16 medali perak dan 10 medali perunggu.

TNI mengalahkan tuan rumah Australia di posisi kedua dengan 4 medali emas, 7 medali perak dan 5 medali perunggu. Tim petembak Indonesia bahkan tidak dapat disaingi oleh Inggris yang baru meraih 3 medali emas, 5 medali perak dan 3 medali perunggu, dan US Army yang belum meraih medali apapun.

Diperkirakan perolehan medali akan terus bertambah hingga pertandingan berakhir pada 22 dan 23 Mei 2015 mendatang.

Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, memuji prestasi yang diraih regu tembak Indonesia.

"Prestasi yang membanggakan ini menunjukkan betapa tangguhnya anggota TNI dan persenjataan buatan Indonesia di medan laga," ujar Dubes Nadjib.

Atase Militer KBRI Canberra, Taufan Gestoro, yang mendampingi tim Indonesia selama perlombaan menambahkan semangat TNI begitu luar biasa.

"Di bawah tekanan dan kompetisi internasional yang ketat, para peserta dari TNI bertanding dengan semangat yang luar biasa dan menyelesaikan tiap kompetisi dengan profesionalisme dan skill yang tinggi," kata Taufan.

Ada 21 orang peserta dari Indonesia terdiri dari pejabat dan petembak profesional dari lingkungan TNI AD serta teknisi dari PT Pindad.

Selama perlombaan, tim Indonesia menggunakan empat jenis senjata, yaitu senapan buatan dalam negeri SS-2 V-4 Heavy Barrel dan pistol G-2 (Elite & Combat) dari PT Pindad, senapan SO-Minimi buatan Belgia, senapan GPMG (General Purpose Machine Gun) buatan Belgia, dan senjata sniper AW buatan Inggris.

Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/tni-menang-mutlak-lombak-tembak-dunia-sikat-australia-inggris-as.html

16 Jawaban Soal Ujian yang Pasti Bikin Sang Guru Terpingkal-pingkal

1. Entah dari mana anak ini mempelajarinya, namun logikanya cukup bikin sang guru ternganga.

4853883_20131219073753

hamil dulu baru nikah baru mengasuh anak-anak, hmm… Dari mana kira-kira anak ini bisa berpikir seperti itu ya?

2. Murid yang satu ini, entah terlalu cerdas dalam membaca soal atau memang kelewat kreatif aja.

B1K2GVMCYAEYrDA

Bisa juga sih, bisa-bisa-bisa… Segitiga sama kaki… ada benernya juga sih…

3. Jawaban polos ini melahirkan pertanyaan: Apakah ini artinya Polisi Indonesia masih harus berbenah untuk memperbaiki citra mereka?

polisis

Ups, kok mikir gini sih, Dek? Eh, jawaban polos ini menohok pihak-pihak tertentu nggak ya?

4. Ini pertanyaannya yang salah atau muridnya yang kelewat pinter?

IMG_20150515_154833vil

Ya… ya ya ya, terserah kamu saja deh, Dek!

5. Tergantung dari sudut pandang mana kamu melihatnya, jawaban ini bisa jadi lucu tapi bisa juga menyedihkan.

5562507_20131220065934

Gapapa deh lebih sering diasuh pembantu daripada ngga boleh masuk rumah sebulan?! Jadi selama ini, kamu anak orang tuamu atau anak pembantu sih? :( Aaaw kacian, kurang kasih sayang orang tua…

6. Akibat imajinasi yang kelewat besar, kadang sang murid jadi lebih ‘dewasa’ sebelum waktunya.

115

Imajinasi dan Aji Pangawurannya bikin melongo. Satu lembar jawaban, isinya nggak ada yang beres. Sepertinya anak ini keseringan nonton tivi. 

7. Harus ngakak atau harus ngeri ya kalau melihat jawaban seperti ini?

hunger games 
Aaack! Serem! Jangan dong! Waduh! Masa kita harus diikutkan ke Hunger Games biar populasinya berkurang? :0

8. Meskipun kamu bakal bereaksi “Awww…” sama jawaban yang ini, tapi sang guru tetap saja tak akan memberi si murid nilai 100.

3(1)

Pujangga masa kini. Ketika ditanya “Apakah tenaga (atau gaya) paling kuat di bumi ini?” sang murid menjawabnya dengan “Cinta.” Eaaa, duila, murid ini orang yang romantis banget nih pasti…

9. Iya, di matematika memang banyak rumus jalan pintas. Tapi nggak gini juga kaleeek!

funny-test-answers-smartass-kids-21

Cari jalan pintas yang kelewatan seperti ini bakal bikin kesel guru kamu. Masak mengubah Centimeter jadi Meter, hanya dengan menghapus kata Centi-nya aja… KZL!

10. Ngerasa nggak kalau jawaban berikut bikin kamu nyeletuk “Iya juga ya, kok ga pernah kepikiran sebelumnya?”

smart-kids2

Soalnya ‘kan diperintahkan untuk “Temukan X” iya juga ya, X-nya ‘kan ada di situ. Hmmm…

11. Seberat apapun soal ujianmu, kamu nggak boleh depresi sampai gantung diri begini ya!

smart-kids9

Duh stress ngerjain sampe gantung diri surem begini. Untung cuma di kertas jawaban…

12. Iya, daripada kamu gantung diri, lebih mending curhat kaya murid yang satu ini:

B1VJvgyCYAEPI_d

Hiks, maafin dia ya Pak Guru…

13. Pasrah dan berserah diri kepada Yang Maha Kuasa itu penting, tapi tetap harus berusaha dong, jangan begini…

ujian-frustasi-bonus-800x600

Terlalu berserah diri nih, hasilnya ga dapet nilai bagus deh…

14. Kreativitas memang penting, tapi sebaiknya nggak pas jawab ujian begini sih.

funny-exam-answers-07

Ini kan ujian biologi, kok malah jadi seperti ujian mata pelajaran menggambar?

15. Atau begini…

1

Bagus sih gambarnya, tapi ini ujian matematika bukan seni rupa!

16. Dan yang terakhir meskipun kamu sayang banget sama idolamu, saat ujian jangan sampai salah fokus seperti ini yah!

3831760_201304160519530653

Selama ujian, fokus dulu sama masa depanmu. Ngefans sama idol-nya bisa dilanjutin nanti lagi, hehehe.


Sumber : http://www.hipwee.com/hiburan/sabar-ya-pak-guru/

Tanpa Judul






Merajut Cinta Bersama Syahid Karbala Imam Husein RA




Buya Yahya - Merajut Cinta Bersama Syahid Karbala Imam Husein RA Part 1




Buya Yahya - Merajut CInta Bersama Syahid Karbala Imam Husein RA part. 2



Kamis, 21 Mei 2015

Doa Buya Yahya


Ceramah Sedih Buya Yahya Tentang Rasulullah saw


Rindunya Nabi kepada kita


Buya Yahya | Kisah Pilu Kerinduan Bilal Kepada Rasulullah SAW


Buya Yahya Menjawab | Hukum Isbal (Menjulurkan Pakaian Di Bawah Mata Kaki)


Kopaska: Tugas, Perekrutan, dan Hellweek


Kopaska

Kopaska (Komando Pasukan Katak) adalah pasukan khusus TNI Angkatan Laut (TNI AL) dengan semboyan "Tan Hana Wighna Tan Sirna" yang artinya "Tak Ada Rintangan yang Tak Dapat Diatasi". Meskipun sudah ada sejak tahun 1954, Kopaska baru resmi didirikan pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Indonesia Soekarno untuk membantunya dalam masalah Irian Jaya.
 
Tugas utama Kopaska adalah demolisi (peledakan) bawah air termasuk sabotase (penyerangan rahasia) ke kapal lawan dan pangkalan musuh, kamikaze (torpedo berjiwa), penghancuran instalasi bawah air, pengintaian, mempersiapkan pantai pendaratan untuk operasi amfibi yang lebih besar serta maritime counter terrorism (anti-teror di laut).
 
Dalam masa damai, Kopaska terbagi dalam tim-tim berkekuatan tujuh orang yang bertugas sebagai personel keamanan untuk pejabat atau tamu penting negara. Lebih penting lagi, salah satu tugas mereka adalah menjadi pengawal pribadi presiden dan wakil presiden Indonesia. Mereka juga secara terbatas membantu tugas-tugas SAR di laut. Di samping itu, Kopaska pernah bertugas memperkuat pasukan perdamaian PBB. 
 
 
Sekilas Perekrutan Kopaska

Proses perekrutan personel Kopaska diadakan setahun sekali dan hanya personel TNI AL non-Marinir yang boleh mendaftar. Usia maksimal pendaftar adalah 30 tahun. Proses pemilihan ini memakan waktu selama tujuh bulan. Biasanya, dari 700-1500 pendaftar hanya 15-20 orang yang lulus seleksi pertama. Setelah itu, para lulusan seleksi pertama ini  harus mengikuti Pelatihan Empat Tahap, yaitu satu minggu latihan fisik (hellweek), setelah itu latihan dasar bawah air, latihan komando, dan latihan parasut. Biasanya setelah keempat tahap ini hanya lima atau enam orang yang lulus menjadi anggota Kopaska..
 
Proses perekrutan KOPASKA terbagi dalam beberapa tahap dan mempunyai spesifikasi khusus untuk perekrutan anggotanya. Spesifikasi perekrutan adalah anggota TNI AL (non Marinir), minimal sudah berdinas selama 2 tahun, lulus uji kesamaptaan dan kemampuan jasmani, lulus uji ketahanan domisili di air (tes ketahanan air), lulus psikotest khusus, lulus kesehatan khusus di bawah air.
 
Setelah anggota dinyatakan lulus test maka diadakan pendidikan selama 10 bulan di Sekolah Pasukan Katak TNI AL (SEPASKAL)/Komando Pendidikan Operasi Laut-KODIKOPSLA/Komando Pengembangan Pendidikan TNI AL-KOBANGDIKAL) Ujung Surabaya. Sebelumnya adalah di Sekolah Penyelaman TNI AL (SESELAM) PUSDIKOPSLA KODIKAL Surabaya). Dengan materi umum antara lain :
  • Akademis umum angkatan laut (operasi laut, navigasi, mesin, elektronika, bangunan kapal, komunikasi dan lain lain)
  • Kepaskaan (doktrin manusia katak, penyelaman dasar, penyelaman tempur, renang tempur, kartografi, menembak berbagai jenis senjata, mengemudi, dan menangani kapal/perahu cepat dan lain lain)
  • Dik Komando (dasar komando, perang hutan, jungle survival/sea survival SERE, dan lain lain. Sebelum mempunyai pendidikan Komando sendiri siswa kopaska ikut dengan pendidikan komando hutan Marinir)
  • Terjun (Static dan AFF). Setelah melaksanakan terjun dasar mendarat di darat selanjutnya adalah spesialisasi kemampuan terjun (static & free fall) untuk mendarat di sasaran-sasaran lepas pantai dan laut.
  • Intelijen tempur, sabotase dan kontra sabotase, demolisi bawah air, dan SAR Tempur.
 
 
 
Latihan Neraka Kopaska

Personel Kopaska TNI AL dipilih dari orang-orang terbaik. Selain berotot kawat dan bertulang besi, mereka juga wajib datang dari Korps Pelaut. Syarat wajib lain harus sudah pernah bertugas di kapal TNI AL selama dua tahun atau lebih.
 
Mengapa harus pelaut?
 
Pertama, anggota Paska (Pasukan Katak) harus mengetahui konsep perang laut secara menyeluruh. Misal hendak melakukan misi sabotase atau pembebasan sandera, mereka sudah harus tahu bagian-bagian kapal. Bila bukan pelaut, mereka akan kesulitan mengenal bagian-bagian dalam kapal.
 
Kedua, jika sudah berpengalaman dalam KRI, insting mereka akan langsung bermain di mana kamar mesin, ruang amunisi, tanki bahan bakar dan sebagainya. Hal ini jelas akan berpengaruh dalam kesuksesan misi.
Latihan pertama yang harus dijalani oleh calon personel Paska adalah "hellweek". Latihan yang benar-benar menguras emosi, tenaga dan keringat sampai ke tetes terakhir.
 
Dalam buku Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus yang diterbitkan dalam rangka 50 tahun Kopaska, dikupas soal hellweek ini. Setiap calon Paska tak pernah diberi tahu kapan rangkaian hellweek akan dimulai. Bisa saja tiba-tiba saat mereka belajar di kelas, atau saat tidur terlelap.
 
Hari pertama minggu neraka ini dibuka dengan ritual melahap nasi komando bersama-sama. Nasi komando adalah hasil blenderan nasi, lauk pauk, telur mentah, minyak ikan dan terasi. Makanan ditaruh dalam satu tempat dan dimakan secara bergiliran. Jika salah satu muntah di tempat itu, maka yang berikutnya tetap harus memakan nasi komando itu sampai tandas. Sebagai pelepas dahaga, minuman yang diberikan adalah jamu brotowali. Jamu ini memang menyehatkan, tapi mungkin merupakan minuman paling pahit di dunia. Setiap hari porsi tekanan terus ditambah hingga benar-benar memaksa seseorang untuk bertahan di titik maksimal.
 
Uniknya selama pendidikan, nama mereka diganti dengan nama hewan laut. Maka nama-nama tongkol, udang, paus, kakap wajib digunakan. Nah, kadang hingga pendidikan selesai, nama ini masih melekat di antara sesama mereka. Jika tak kuat pendidikan, silakan berhenti. Tak ada paksaan sama sekali untuk mengikuti latihan Paska ini.
 
Siswa yang gugur atau mengundurkan diri diminta meletakkan topi bajanya di pinggir lapangan. Dari situ kelihatan berapa orang yang telah mengundurkan diri dalam satu angkatan. 
 
 
Detasemen Kopaska

Saat ini Kopaska terdiri atas dua grup, yakni wilayah Barat dan Timur. Satu grup di Armada Barat di Jakarta, dan satu grup di Armada Timur di Surabaya. Koordinasi terhadap dua grup Kopaska dipegang Komando Armada RI masing-masing wilayah.
Satuan Komando Pasukan Katak Armada Barat (Satkopaska Armabar)
  • Detasemen 1 Sabotase/anti-Sabotase (Teror)
  • Detasemen 2 Operasi Khusus
  • Detasemen 3 Combat SAR
  • Detasemen 4 EOD dan Ranjau Laut/Mine clearence
  • Detasemen 5 Underwater Demolition
  • Detasemen 6 Special Boat Units.
Satuan Komando Pasukan Katak Armada Timur (Satkopaska Armatim)
  • Detasemen 1 Sabotase/anti-Sabotase (Teror)
  • Detasemen 2 Operasi Khusus
  • Detasemen 3 Combat SAR
  • Detasemen 4 EOD dan Ranjau Laut/Mine clearence
  • Detasemen 5 Underwater Demolition
  • Detasemen 6 Special Boat Units.
Masing-masing grup akan dipimpin oleh kolonel yang membawahi enam detasemen

Sumber : http://www.artileri.org/2015/01/kopaska-tugas-perekrutan-dan-hellweek.html

Kisah Cinta Paling Sedih

”Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus”

Aku membencinya , itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.


Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya. Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali.
Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. 
Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa.
Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana.                                                                                         
Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote.                                                         
Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada.
Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku.
Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna.
Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!.


Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang.
Putri kami bertanya:
“Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata:
“Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku:
“ seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Kisah Tugce Albayrak, Muslimah yang Jadi Pahlawan Jerman



Tugce Albayrak, terpujilah namanya. Gadis 23 tahun itu bisa saja pura-pura tak mendengar teriakan putus asa yang ditingkahi suara tawa bernada kejam dari sebuah toilet di sebuah restoran cepat saji McDonald's di Kota Offenbach, dekat Frankfurt, Jerman.

Seruan minta tolong itu berasal dari 2 orang gadis remaja yang jadi bulan-bulanan sekelompok pria. Mereka menjadi korban pelecehan seksual. Dini hari itu, Sabtu 15 November 2014, Albayrak memilih tak diam. Ia menyeruak masuk, menyelamatkan para korban, dan bergelut dengan para pelaku. Upayanya berhasil.

Namun, mahasiswi keguruan itu tak mengira, pria-pria itu menantinya di luar restoran. Untuk balas dendam. Albayrak dipukuli, sebuah tinju ke kepala membuatnya tak sadar, tubuhnya terbanting ke lantai semen, lalu sama sekali tak bisa bergerak.

Selama dua pekan, gadis yang bercita-cita jadi guru itu terbaring koma. Hingga akhirnya kedua orangtuanya memutuskan untuk mematikan alat bantu penopang kehidupan. Tugce Albayrak dinyatakan meninggal dunia tepat di hari ulang tahunnya yang ke-23, Jumat 28 November 2014.

Kematiannya menjadi duka cita mendalam, tak hanya bagi keluarganya, tapi seluruh rakyat Jerman.

Bendera Turki dan Jerman berkibar di hari pemakamannya, Rabu 3 Desember 2014. Lebih dari 1.000 pelayat melantunkan doa dalam upacara pemakaman secara Islam, dan disiarkan langsung di televisi. Belum lagi kerumunan orang yang menyemut di jalanan untuk memberikan penghormatan terakhir.


Jasad Tugce Albayrak telah menyatu dengan bumi. Kembali ke tanah. Namun, kisahnya tak berhenti di situ.

Meski ia hanya satu dari jutaan warga Jerman keturunan Turki, kisahnya telah menyatukan 2 bangsa. Dan yang utama, keberanian Albayrak mengingatkan kembali tentang tanggung jawab moral yang seharusnya dimiliki setiap insan. Untuk tidak diam dan bertindak saat manusia lain mengalami kesulitan.

"Ini adalah momentum yang menggetarkan jiwa. Almarhumah telah menunjukkan keberaniannya dalam menegakkan moralitas. Menurutku, kita semua berhutang padanya, juga pada orangtua yang berhasil mendidiknya menjadi seorang gadis yang luar biasa," kata seorang pelayat, Zejnep Haliti seperti Liputan6.com kutip dari Euro News, Kamis (4/12/2014).

Presiden Jerman, Joachim Gauck menyebut Albayrak sebagai suri tauladan, sementara Kanselir Angela Merkel mengungkapkan simpati mendalam pada almarhumah. Sebuah petisi online yang dibubuhi 170 ribu tanda tangan meminta pemerintah menganugerahkan penghargaan tertinggi, Order of Merit, pada almarhumah secara anumerta.

Media-media Jerman memuji almarhumah. "Jerman mengantar kepergian seorang pahlawan. Kita semua menangis untuk Tugce," demikian headline koran Bild.

Restoran cepat saji McDonald's, di mana salah satu gerainya menjadi TKP kematian Tugce,  memasang iklan sehalaman penuh di media Jerman dan Turki, berisi ucapan doa dan duka cita. "Ia kehilangan nyawa karena menolong sesama."

Sehari setelah Albayrak dimakamkan di kota kelahirannya Bad Soden-Salmunster, warga Jerman masih terkesima dengan keberaniannya menyelamatkan orang lain, meski akhirnya harus kehilangan nyawa.

"Kami akan merindukan Tugce, terutama senyumannya yang hangat," kata sang ayah, Ali, seperti Liputan6.com kutip dari situs Deutsche Welle.

Sementara pamannya, Yasin berujar, "Dia meninggal dunia di masa-masa keemasan hidupnya. Ia telah memberikan teladan, dalam hidupnya bahkan saat ia meninggal dunia."

Keluarga Albayrak beremigrasi dari Turki ke Jerman pada tahun 1970-an. Kondisi jauh membaik dibanding masa itu -- di mana para imigran tak bisa mendapat kerja yang layak dan keturunan mereka yang lahir di Jerman tak bisa mendapat kewarganegaraan.

Di usia 23 tahun, Tugce Albayrak seharusnya bisa memilih, menjadi warga negara Jerman atau Turki. Sayang, ia tak sempat menjatuhkan pilihan.

Sumber : http://news.liputan6.com/read/2142624/kisah-tugce-albayrak-muslimah-yang-jadi-pahlawan-jerman

Kisah Pahlawan Islam Super Cerdas, Shalahuddin Al-Ayubi

Jika kita pernah menonton film yang dibintangi oleh Orlando Bloom berjudul Kingdom of Heaven, tentu kita tak asing lagi dengan nama Shalahuddin Al-Ayubi. Sosok kaisar Islam yang saat itu berhasil mengambil Yerusalam dan menjamin keamanan tentara Salib yang berhasil dikalahkannya, sehingga mereka bisa pergi meninggalkan Yerusalam dengan aman dan selamat. Ketika kita melihatnya, tentu tersentuh hati kita oleh kebaikannya, sosok yang berwibawa dan menepati janjinya. Namun, benarkan sosok Shalahuddin Al-Ayubi itu seperti yang digambarkan di cerita tersebut?

Ternyata sosok Shalahuddin Al-Ayubi jauh lebih luar biasa, dan banyak teladan yang bisa kita ambil dari sosok yang mendapat julukan Singa Padang Pasir ini. Shalahuddin lahir dengan nama lengkap Yusuf bin Ayub bin Syadzi, panggilannya adalah Abu Al-Muzhffar, pada tahun 532 H di Tikrit, salah satu perkampungan suku Kurdi yang terletak di Irak bagian utara. Ayahnya, Najmuddin diangkat sebagai gubernur di daerah Ba’labak. Shalahuddin terkenal sebagai seorang hafidz atau orang yang hafal Al-Qur’an, pandai baca-tulis, hafal Hadits, pandai Fiqh, Bahasa Arab, Ilmu Kedokteran, dan Nasab Orang-orang Arab.


salahuddin al-ayubi
( Salahuddin al-ayubi )

Setelah kematian Sultan Nuruddin Mahmud, Shalahuddin yang sebelumnya pernah diangkat oleh Sultan Nuruddin sebagai Polisi di wilayah Damaskus, pada tahun 581 H itu berhasil menyatukan Mesir, Syam, Yama, serta Irak bagian utara di bawah kekuasaannya. Shalahuddin melatih sendiri para pasukannya. Dia melatih mereka ilmu perang, bela diri, dan juga ikut membangun sendiri bersama pasukannya armada dan benteng-benteng pertahanan perang.

Shalahuddin Al-Ayubi  memang di kenal sangat sulit tersenyum atau bahkan tertawa. Wajahnya selalu serius namun terlihat tenang dan berwibawa. Ketika suatu hari pernah ada yang bertanya kepadanya kenapa sangat jarang sekali terlihat tersenyum atau tertawa, dengan sedih Shalahuddin menjawab:

“ Bagaimana mungkin saya bisa tertawa sedangkan Masjid Al-Aqsa masih ditawan.”.

Shalahuddin Al-Ayubi terkenal sebagai pemimpin pasukan Islam dalam Perang Hiththin. Perang ini dimulai ketika Shalahuddin mengumumkan secara umum tentang jihad untuk merebut Baitul Maqdis dari para tentara Salib. Berbondong-bondong para mujahid datang dari seluruh penjuru untuk bergabung dengan pasukan Shalahuddin Al-Ayubi. Pada hari Sabtu, tanggal 25 Rabi’ul Akhir tahun 583 H, Shalahuddin dan pasukannya berhasil menguasai sumber-sumber air yang ada di kawasan Tobariyah.

Setelah berhasil menang pada perang Hiththin, Shalahuddin Al-Ayubi dan pasukannya kemudian menuju ke arah Baitul Maqdis. Baitul Maqdis saat itu ada dalam cengkeraman pasukan Salib selama 91 tahun, dan Shalahuddin beserta pasukannya hendak membebaskannya. Pertempuran yang terjadi antara pasukan Shalahuddin dan pasukan Salib berlangsung sangat sengit dan bertepatan dengan peringatan Isra’ dan Mi’raj. Pertempuran akhirnya dimenangkan oleh pasukan Shalahuddin, dan kemudian mereka juga berhasil membebaskan wilayah Thabariyah, Uka, Shoeda, Gaza, Nablis, Asqalan, dan beberapa kota lainnya.

Walaupun telah menang dari pasukan Salib, namun kebaikan hati dan toleransi kuat dari seorang Shalahuddin Al-Ayubi tak pernah dilupakan para musuh yang telah dikalahkannya. Shalahuddin memperlakukan tawanan dan tahanan perangnya dengan baik sekali. Mereka diberikan perlindungan dan rasa aman. Shalahuddin juga menugaskan para Polisinya untuk berkeliling dan mengawasi jikalau ada kekerasan yang menimpa para tawanan dan tahanan perangnya.

Shalahuddin juga terkenal sangat memperhatikan pembaharuan-pembaharuan yang terjadi di wilayah Mesir. Pada masa kepemerintahannya, ilmu pengetahuan melesat sangat cepat dan begitu menonjol. Selain itu Shalahuddin juga mendirikan Pasar di Qasr Al-Aini untuk menjual buku-buku, serta juga mendirikan Rumah Sakit. Shalahuddin meninggalkan Mesir dan menetap di Suria selama 19 tahun. Dia mendirikan beberapa sekolah dan Rumah Sakit juga di sana. Dan pada tahun 589 H, Shalahuddin Al-Ayubi rahimahullah meninggal dunia pada usia 58 tahun di Damaskus.

Nah, semoga sedikit kisah dari Shalahuddin Al-Ayubi ini bisa memberikan teladan dan inspirasi bagi kita. Bahwa seorang pemimpin itu harus mau ikut turun berperang juga bersama pasukannya, harus cerdas dan mau langsung terjun mengajari bawahannya, menjadi sosok guru dan bahkan pelindung yang memberi rasa nyaman dan aman, serta bisa juga menjadi sosok yang kuat dan harus berani dalam berjuang membela Islam.

Sumber : http://boombastis.com/2015/03/18/kisah-pahlawan-islam-super-cerdas-shalahuddin-al-ayubi/

Belajar dari Kisah "Para Perampok Profesional"

Kisah Berikut Hanya Fiktif, namun sarat hikmah. Sewaktu perampokan di Guangzhou, China, perampok bank berteriak kesemua orang di bank:

"Jangan Bergerak. Uang ini Milik Negara, Hidupmu milikmu."

Semua orang di bank menunduk dengan tenang.

Ini yang disebut "Konsep Merubah Pikiran"
Merubah cara berpikir yang konvensional.


Ketika seorang wanita berbaring di meja secara profokatif, perampok berteriak padanya 
 
"Beradablah, Ini perampokan, bukan pemerkosaan!"

Ini yang disebut "Professional" fokus hanya kepada apa yang kamu dilatih untuk..

Ketika Perampok kembali kerumah, perampok yang lebih muda (lulusan s2) berkata kepada perampok yang tua (lulusan sd):
 
 "Bang, ayo kita hitung berapa yang kita dapat."
 
Perampok yang lebih tua bilang: 
 
"Bego banget lo. Duitnya banyak gitu lama pasti ngitungnya. Malem ini lihat aja di TV bakal bilang berapa yang kita rampok dari bank!"

Ini yang disebut "Pengalaman." Sekarang pengalaman lebih penting dari gelar..!

Setelah perampok pergi, manajer bank bilang pada supervisor bank untuk menelpon polisi secepatnya. Tetapi supervisor berkata:
 
"Tunggu! Ayo kita ambil $10 juta dollar dari bank untuk kita dan tambahkan ke $70juta dollar yang sudah diambil dari bank".

Ini yang disebut "Sambil Berenang Minum Air." Merubah keadaan tak baik menjadi keuntungan anda!

Supervisor berkata:
 
" Akan sangat bagus bila ada perampokan setiap bulan."

Ini yang disebut "Membunuh Kebosanan" Kebahagiaan personal lebih penting dari pekerjaan anda.

Keesokan harinya, Berita TV melaporkan bahwa $100juta telah dicuri dari bank. Perampok menghitung dan menghitung, tetapi mereka hanya dapat $20juta dollar. Perampok sangat marah dan komplain:
 
"Kita meresikokan hidup kita dan hanya dapat $20juta dollar. Pekerja Bank mengambil $80 juta dollar dengan santai. Sepertinya mendingan menjadi teredukasi daripada perampok!"

Ini yang disebut "Pengetahuan bernilai lebih banyak dari emas".
 
Manajer bank tersenyum dan bahagia karena kekalahan di main saham dapat di bayarkan oleh perampokan yang terjadi.
 
Ini yang disebut "Mengambil kesempatan." Berani mengambil resiko! Jadi siapakah pencuri Sejati dan lebih professional disini?

Sumber : http://www.kisahinspirasi.com/2015/03/belajar-dari-kisah-para-perampok.html

Minggu, 10 Mei 2015

Pantang Menyerah

    Ini Kisah Nyata, kami cuplikkan dari Novel Inspiratif Sepatu Terakhir. Olimpiade Barcelona, 1992. Enam puluh lima ribu pasang mata hadir di stadion itu. Semua hendak menyaksikan event atletik besar di ajang olahraga terbesar seplanet bumi.

    Nama lelaki itu Derek Redmond, seorang atlet pelari olimpiade asal Inggris. Impian terbesarnya ialah mendapatkan sebuah medali olimpiade, -apapun medalinya-. Derek sebenarnya sudah ikut di ajang olimpiade sebelumnya, tahun 1988 di Korea. Namun sayang beberapa saat sebelum bertanding, ia cedera sehingga tak bisa ikut berlomba. Mau tak mau, olimpiade ini, adalah kesempatan terbaiknya untuk mewujudkan mimpinya. Ini adalah hari pembuktiannya, untuk mendapatkan medali di nomor lari 400 meter. Karena ia dan ayahnya sudah berlatih sangat keras untuk ini.

    Suara pistol menanda dimulainya perlombaan. Latihan keras yang dijalani Derek Redmond, membuatnya segera unggul melampaui lawan-lawannya. Dengan cepat ia sudah memimpin hingga meter ke 225. Berarti kurang 175 meter lagi. Ya, kurang sebentar lagi ia kan mendapatkan medali yang diimpikannya selama ini.

    Namun tak ada yang menyangka ketika justru di performa puncaknya, ketika ia sedang memimpin perlombaan tersembut, tiba-tiba ia didera cedera. Secara tiba-tiba di meter ke 225 tersebut, timbul rasa sakit luar biasa di kaki kanannya. Saking sakitnya, seolah kaki tersebut telah ditembak sebuah peluru. Dan seperti orang yang ditembak kakinya, Derek Redmond pun menjadi pincang. Yang ia lakukan hanya melompat-lompat kecil bertumpu pada kaki kirinya, melambat, lalu rebah di tanah. Sakit di kakinya telah menjatuhkannya.

    Derek sadar, impiannya memperoleh medali di Olimpiade ini pupus sudah. Melihat anaknya dalam masalah, Ayahnya yang berada di atas tribun, tanpa berpikir panjang ia segera berlari ke bawah tribun. Tak peduli ia menabrak dan menginjak sekian banyak orang. Baginya yang terpenting adalah ia harus segera menolong anaknya.

    Di tanah, Derek Redmond menyadari bahwa impiannya memenangkan olimpiade pupus sudah. Ini sudah kedua kalinya ia berlomba lari di Olimpiade, dan semuanya gagal karena cidera kakinya. Namun jiwanya bukan jiwa yang mudah menyerah. Ketika tim medis mendatanginya dengan membawa tandu, ia berkata:
    “Aku tak akan naik tandu itu, bagaimanapun juga aku harus menyelesaikan perlombaan ini”, katanya".

    Maka Derek pun dengan perlahan mengangkat kakinya sendiri. Dengan sangat perlahan pula, sambil menahan rasa sakit dikakinya, ia berjalan tertatih dengan sangat lambat. Tim medis mengira bahwa Derek ingin berjalan sendiri ke tepi lapangan, namun mereka salah. Derek ingin menuju ke garis finish.

    Di saat yang sama pula Jim, Ayah Derek sudah sampai di tribun bawah. Ia segera melompati pagar lalu berlari melewati para penjaga menuju Anaknya yang berjalan menyelesaikan perlombaan dengan tertatih kesakitan. Kepada para penjaga ia hanya berkata:
    “Itu anakku, dan aku akan menolongnya!”

    Akhirnya, kurang 120 meter dari garis finish, sang Ayah pun sampai juga di Derek yang menolak menyerah. Derek masih berjalan pincang tertatih dengan sangat yakin. Sang Ayah pun merangkul dan memapah Derek. Ia kalungkan lengan anaknya tersebut ke bahunya.
    “Aku disini Nak”, katanya lembut sambil memeluk Anaknya, “dan kita akan menyelesaikan perlombaan ini bersama-sama."
    Ayah dan anak tersebut, dengan saling berangkulan, akhirnya sampai di garis finish. Beberapa langkah dari garis finish, Sang Ayah, Jim, melepaskan rangkulannya dari anaknya agar Derek dapat melewati garis finish tersebut seorang diri. Lalu kemudian, barulah ia merangkul anaknya lagi.

    Enam puluh lima ribu pasang mata menyaksikan mereka, menyemangati mereka, bersorak bertepuktangan, dan sebagian menangis. Scene Ayah dan anak itu kini seolah lebih penting daripada siapa pemenang lomba lari.

    Derek Redmond tak mendapat medali, bahkan ia didiskualifikasi dari perlombaan. Namun lihatlah komentar Ayahnya.
    “Aku adalah ayah yang paling bangga sedunia!, Aku lebih bangga kepadanya sekarang daripada jika ia mendapatkan medali emas.”
    Dua tahun paska perlombaan lari tersebut, dokter bedah mengatakan kepada Derek bahwa Derek tak akan lagi dapat mewakili negaranya dalam perlombaan olahraga.

    Namun tahukah kalian apa yang terjadi?

    Lagi-lagi, dengan dorongan dari Ayahnya, Derek pun akhirnya mengalihkan perhatiannya. Dia pun menekuni dunia basket, dan akhirnya menjadi bagian dari timnas basket Inggris Raya. Dikiriminya foto dirinya bersama tim basket ke dokter yang dulu memvonisnya takkan mewakili negara dalam perlombaan olahraga.

    Jika kasih ibu, "adalah melindungi kita dari kelamnya dunia," maka kasih sayang seorang Ayah adalah "mendorong kita untuk menguasai dunia itu." Seorang Ayah akan senantiasa mendukung, memotivasi, men-support, dan membersamai kita dalam kondisi apapun. Ayah pulalah yang akan meneriakkan kita untuk bangkit, lalu memapah kita hingga ke garis finish. Karena mereka tak ingin kita menyerah pada keadaan, sebagaimana yang ia contohkan.

    Foto FamilyGuide.













    Sumber : https://www.facebook.com/FamilyGuideIndonesia/posts/10153231361965891:0

Jumat, 08 Mei 2015

Cendekiawan Muslim dan Roket Pertama

Teknologi roket pertama kali ditemukan oleh sarjana Muslim dan mulai diperkenalkan pada Perang Salib di Fustat dan Dumyat (Mesir) pada tahun 1168, dan di medan perang Al-Mansurah pada tahun 1249. Pada 1240, Hassan al-Rammah, seorang sarjana Muslim kelahiran Syria, memperkenalkan bubuk mesiu (gunpowder) lengkap dengan formulasi anak panah berhulu ledak dan prinsip-prinsip roket periode awal, termasuk torpedo. Al-Furusiyyah wa Al-Manasib Al-Harbiyyah adalah buku karangan al-Rammah yang menjadi kitab rujukan teknologi persenjataan modern. Al-Rammah menjelaskan secara detail seluk-beluk bahan baku pembuat bubuk mesiu, yaitu potasium (kalium) nitrat.

Meskipun bubuk mesiu telah dikenal di dataran Cina sejak abad ke-11, penggunaannya masih  terbatas pada mercon. Baru pada sekitar 1412, Huo Lung Cing, seorang sarjana Cina, menulis buku tentang bubuk mesiu dalam skala besar.

Kecepatan para sarjana Muslim dalam menemukan teknologi mesiu daripada Cina disebabkan pergerakan penyebaran Islam yang meluas hingga negeri Tirai Bambu itu. Para pedagang dan ilmuwan Muslim yang mendarat di Cina mempelajari fungsi kalium nitrat untuk pertama kalinya. Bukti otentiknya, sejarawan mencatat, pada 880 saja di distrik Kanton telah bermukim sekitar 120.000 orang Islam, Yahudi, dan Persia.

Sarjana Muslim yang meneliti kalium nitrat pertama kali adalah Khalid ibn Yazid pada 709. Khalid secara teratur menggunakan kalium nitrat dalam penelitian metalurginya, terutama untuk memproduksi asam sendawa dari senyawa untuk bahan baku bom dan aqua regia. Temuannya ini kemudian diteruskan oleh Jabbir ibn Hayyan, Abu Bakr ar-Razi, dan ilmuwan Muslim lainnya.

Dalam literatur Arab ada dua proses standar pembuatan kalium natrium yang sangat terkenal, yaitu proses Ibnu Bakhtawaih dan proses Hassan al-Rammah. Ibnu Bakhtawaih telah memulai pembuatan bubuk mesiu pada abad ke-11, dengan membekukan air yang telah dicampur dengan kalium nitrat, yang kemudian menghasilkan shabb yamani (tawas yaman).

Lalu, Ibnu Bakhtawaih menuliskan proses temuannya itu dalam bukunya, Al-Muqaddimat. Pada abad ke-13, al-Rammah menyempurnakan temuan ini dengan proses yang lebih lengkap. Al-Rammah juga memperkaya buku Al-Furusiyyah dengan teknik pembuatan roket, meriam, bazoka, dan torpedo (majalah Annida).

Dari roket ke meriam

Bermula dari sebuah buku, sarjana Suriah pada abad ke-13 tersebut mengenalkan teknologi militer berupa roket. Ia tak hanya menuliskan buku tentang roket, tetapi juga membuat roket. Pada akhirnya, roket dan buku karya al-Rammah menjadi sebuah jejak bagi pengembangan teknologi roket berikutnya. Roket pertama yang terdokumentasikan dalam bukunya dipamerkan di National Air and Space Museum, Washington DC, Amerika Serikat (AS).

Pada September 2000, seorang ilmuwan dari Zurich, Swiss, Prof Dr Mohamed Mansour, berkunjung ke Washington DC. Ia tak hanya mendapatkan informasi tentang pembuatan roket, tapi juga bahan bakarnya. Ia bahkan mendapatkan salinan buku al-Rammah yang telah diedit.

Dalam bukunya, al-Rammah memang tak hanya membahas pembuatan roket, tapi juga memberikan gambaran mengenai penggunaan bubuk mesiu. Pada masa berikutnya, mesiu ini akan menjadi hal yang penting dalam perkembangan teknologi dan alat militer, yakni berupa meriam.

Buku karya al-Rammah merupakan buku pertama yang menjelaskan prosedur pemurnian potasium nitrat untuk menghasilkan ledakan dahsyat. Ia tentu tak sembarang menulis sebab terlebih dahulu ia melakukan uji ledak takaran mesiu yang dibuatnya.

Pada masa sebelumnya, yaitu abad ke-10, sarjana seperti al-Razi dan al-Hamdany juga telah memberikan gambaran tentang potasium nitrat dalam pembuatan komposisi mesiu. Pada abad yang sama, tulisan mereka juga diperoleh dalam sebuah manuskrip berbahasa Arab Suriah.

Menurut seorang cendekiawan bernama Ibnu al-Bitar, pada 1240, dalam manuskrip berbahasa Arab Suriah itu diterangkan sejumlah resep pembuatan mesiu, salah satunya menggunakan potasium nitrat. Di sisi lain, ada pula terjemahan manuskrip tersebut.

Berdasarkan catatan sejarah, buku bahasa Latin berjudul Liber Ignium karya Marcus Graecus berangka tahun 1300, merupakan terjemahan dari buku berbahasa Arab itu. Isinya banyak tulisan mengenai komposisi bahan pembuatan mesiu.

Sebenarnya, buku berbahasa Arab mengenai mesiu ataupun bidang kimia banyak dipelajari orang-orang Barat. Seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Albert Magnus, memperoleh informasi Liber Ignium dari buku berbahasa Arab yang telah diterjemahkan di Spanyol.

Jejak-jejak penggunaan potasium nitrat juga ditemukan pada1218 selama pengepungan Dumyat dan dalam pertempuran Al-Mansoura pada 1249. Di sisi lain, sejumlah sejarawan memperkirakan orang-orang Cina kemungkinan mengenal mesiu dari para pedagang Arab.

Setidaknya, ada empat manuskrip berbahasa Arab dikenal sebagai Almakhzoun, yang menjelaskan tentang hal tersebut. Satu manuskrip terdapat di St Petersburg (Rusia), dua di Paris (Prancis), dan satu lagi di Istanbul (Turki) pada 1320. Manuskrip tersebut menggambarkan meriam portabel dengan bubuk mesiu. Penggambaran meriamnya pada prinsipnya sama dengan senjata modern.

Meriam telah digunakan dalam banyak pertempuran, seperti pertempuran Ain-Galout, yang terkenal dalam melawan invasi Mongol pada 1260. Dinasti Mamluk telah mengembangkan kanon lebih lanjut pada abad ke-14.

Tentara Arab juga telah menggunakan meriam. Mereka menggunakan senjata itu untuk melindungi kota-kota di Spanyol, seperti Sevilla pada 1248, Granada pada 1319, Baza atau Albacete pada 1324, Martos dan Huescar pada 1325, Alicante pada 1331, serta Algeziras antara 1342-1344.

Dapat disimpulkan, sejarah artileri di Spanyol terkait dengan orang-orang Arab. Pada masa pertengahan, orang-orang Arab juga memperkenalkan senjata api ke Spanyol. Kemudian, senjata tersebut dikenal di Italia, Perancis, dan akhirnya sampai ke Jerman. ed: asep nur zaman


Dari Panah Api Hingga Roket Bersayap Tujuh

Selain penggunaan bubuk mesiu yang terus berkembang, al-Rammah juga menguraikan berbagai cara membuat panah dan tombak api. Ia memberikan gambaran pula mengenai sebuah teknologi yang kemudian disebut dengan torpedo. Ia menggambarkan torpedo sebagai sebuah benda berbentuk telur yang bergerak sendiri dan terbakar. Torpedo yang ada dalam benaknya adalah yang mampu bergerak di atas permukaan air.

Al-Rammah menguraikan, torpedo itu digerakkan oleh roket yang terbuat dari dua panci dipipihkan dan direkatkan. Di dalamnya, berisi serbuk logam dan campuran serbuk mesiu. Roket ini juga dilengkapi ekor untuk memastikan torpedo bergerak lurus.

Di samping pengembangan senjata berhulu ledak, para cendekiawan Muslim pada abad ke-13 memiliki pengetahuan memadai soal teknologi militer, termasuk penggunaan bubuk mesiu untuk menggerakkan roket. Hal ini terlihat dalam buku yang ditulis Hassan al-Rammah berjudul Kitab Al-Furusiya val-Muhasab Al-Harbiya dan Niyahat Al-Su'ul val-Ummiya fi Ta'allum A'mal Al-Furusiya.

Ia menggambar sebuah torpedo digerakkan dengan sebuah roket yang berisi bahan peledak. Dokumen lain yang membahas soal militer dan peralatan militer juga ditemukan pada abad ke-14. Bagian pertama dokumen ini disebut Kitab An'q fi'manajniq yang ditulis pada 775 untuk Ibn Aranbugha al-Zardkish, seorang komandan militer Muslim. Namun, penulisnya tak diketahui.

Sedangkan, bagian kedua dokumen itu adalah sebuah buku yang disebut Kitab Al-hiyal fi'l-hurub ve fath almada'in hifz al-durub. Buku ini berisi tentang uraian soal teknologi roket, bom, dan panah berapi yang ditulis oleh komandan Turki, Alaaddin Tayboga al-Omari al-Saki al-Meliki al-Nasir.

Seorang ilmuwan dari Turki, Lagari Hasan Celebi, juga terbang dengan menggunakan roket bersayap tujuh. Ini merupakan teknologi yang ia temukan sendiri. Dengan hasil temuannya, ia berhasil mendarat dengan aman di atas permukaan laut dengan sayap-sayap elangnya itu. Ia dikenal dalam sejarah dunia penerbangan dengan teknik roket.

Pada masa selanjutnya, sekitar 1703, sebuah karya berjudul Ummul-Gaza yang ditulis Ali Aga memberikan gambaran mengenai pengembangan teknologi roket. Roket-roket tersebut merupakan pengembangan yang dilakukannya sebelumnya dan disebut tulumbas.

Sumber :  http://www.artileri.org/2012/01/cendekiawan-muslim-dan-roket-pertama.html

Ignatius Dewanto - Mengenal lebih dekat pilot-pilot terbaik Indonesia

menembak jatuh b26Ignatius Dewanto (lahir di Yogyakarta, Indonesia, 9 Agustus 1929 — 1970) adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ignatius Dewanto lahir dari pasangan penganut Katolik yang taat, M. Marjahardjana dan Theresia Sutijem di Kalasan, Yogyakarta. Ignatius Dewanto adalah pilot TNI AU yang berhasil menembak jatuh pesawat B-26 Invader AUREV (Angkatan Udara Revolusioner/PERMESTA).

Karier militer Dewanto dimulai saat ia bergabung dengan Tentara Pelajar (TP). Dewanto tergabung ke dalam kesatuan Slamet Riyadi. Kariernya cukup gemilang hingga dipercaya sebagai kepala regu (1950). Sebelumnya (1948) pernah menjadi kepala pabrik granat di TP. Dikenal sebagai seorang yang pemberani, bahkan tidak jarang Dewanto menerbangkan pesawat P-51 Mustang-nya sangat rendah. Sehingga tidak heran jika selesai terbang ada kabel listrik/telpon yang nyangkut di pesawatnya. Alumni Royal Air Force Staff College (1961) of England ini telah mencegah pertempuran antara TNI AU dengan RPKAD pimpinan Sarwo Edhie Wibowo.

Usai gencatan senjata (1948), Dewanto ditempatkan di Semarang khusus bagi TP yang mampu berbahasa Belanda untuk dijadikan counterpart antara polisi militer Belanda dengan tentara Indonesia. Tanggal 25 Juli 1950, lewat pengumuman Kementerian Pertahanan RI, dinyatakan bahwa Staf Angkatan Udara membutuhkan penerbang. Dewanto lantas mendaftar.

Dewanto sempat dikirim ke Trans Ocean Airlines Oakland Airport (TALOA), California, November 1950 untuk jadi penerbang. Setelah lulus, pada tahun 1954 Dewanto masuk Skadron Udara 3 tempat bercokolnya P-51 Mustang sebagai instruktur.

Apron Liang, 18 Mei 1958. Kapten Udara Ignatius Dewanto tengah bersiap di kokpit P-51 Mustang. Pagi itu, dia ditugaskan menyerang pangkalan udara Aurev (Angkatan Udara Revolusioner, AU Permesta) di Sulawesi Utara. Saat itulah, hanya beberapa saat sebelum Dewanto take off menuju Manado, sebuah berita memaksanya membatalkan serangan ke Manado dan harus mengarahkan pesawat ke Ambon karena kota tersebut dibom oleh B-26 Invader Aurev.

Ketika di udara, Dewanto mendapatkan Ambon mengepulkan asap di mana-mana. Puing-puing berserakan, menandakan baru saja mendapat serangan udara. Berputar sejenak, B-26 tak kunjung terlihat. Pesawat kemudian diarahkannya ke barat. Ferry tank dilepas untuk menambah kelincahan pesawat. Dewanto terbang rendah. Berbarengan saat pandangannya tertumbuk ke konvoi kapal ALRI, sekelebat dilihatnya pesawat B-26.

Pesawat tersebut ternyata tengah melaju ke arah konvoi kapal. Dewanto terbang mengejar dan beruntung bisa menempatkan diri persis berada di belakang B-26. Walau sempat ragu karena posisi musuh tepat antara kapal dan dia, Dewanto langsung melontarkan roketnya dan tembakan senapan mesin 12,7 mm pesawatnya. Saat bersamaan, KRI Sawega, salah satu kapal dalam konvoi kapal ALRI, juga menembakkan senjatanya: Bofors, Oerlikon 12,7 mm, Water Mantle 7.62mm. Alhasil, B-26 yang diterbangkan seorang serdadu bayaran bernama Allen Lawrence Pope beserta juru radio Hary Rantung (bekas AURI), terbakar dan tercebur ke laut.

Bagi Dewanto, ketegangan belum berakhir. Saat dalam perjalanan pulang, Dewanto berpapasan dengan B-26 lainnya. Head on attack perang udara berhadap-hadapan tak terelakkan. Dengan beraninya Dewanto menghujani B-26 yang diterbangkan Connie Seigrist, penerbang berkulit putih, dengan senapan mesinnya. Tidak ada pesawat yang jatuh dalam pertempuran udara kali ini, tapi kedua-duanya mengalami kerusakan pesawat yang cukup signifikan akibatnya.
menembak jatuh b26
Ignatius Dewanto

Dewanto sempat menjabat Deputi Menteri/Pangau Urusan Operasi (diangkat 1 Juli 1965) menggantikan Marsekal Muda Udara Sri Mulyono Herlambang yang dipromosikan sebagai Menteri Negara diperbantukan Presiden. Seperti banyak nama lainnya, Dewanto sempat diamankan usai Gerakan September 1965. Dewanto ditahan beberapa bulan di kantor Pertahanan Udara Halim. Sementara Sri Mulyono di Nirbaya. Dewanto sempat menjadi Atase Udara di Moskow (1966). Hanya setahun, dia kembali ke Indonesia dan akhirnya diberhentikan dengan hormat dari dinas tentara terhitung 31 Maret 1967. Selepas dari AURI, untuk bertahan hidup Dewanto sempat menjadi sopir truk dengan rute jakarta-banten. Hingga kemudian beliau bekerja sebagai pilot sipil di Sabang Merauke Raya Air Charter (SMAC).

Dewanto meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat terbang PA-23 Aztec milik Sabang Merauke Raya AC pada tahun 1970. Jenazahnya baru ditemukan delapan tahun kemudian. Atas izin Soeharto (waktu itu presiden), jenazah pahlawan AURI yang namanya diabadikan di gedung serbaguna "Dewanto" di Lanud Iswahyudi, Madiun, dan pemegang 16 tanda kehormatan ini dikebumikan di TMP Kalibata setelah disemayamkan di Mabes TNI AU Pancoran.
 
Sumber :  http://www.artileri.org/2012/01/ignatius-dewanto-mengenal-lebih-dekat.html

Halim Perdanakusuma - Mengenal Lebih Dekat Pilot-Pilot Terbaik Indonesia

pilot terbaik indonesia
Abdul Halim Perdanakusuma lahir 22 Nopember 1922, dari Putra Haji Abdul Gani Wongsotaruno, patih Sumenep, Madura. Menyelesaikan pendidikan sekolah Pangreh Praja (MOSVIA) 1938. Selepas dari MOSVIA, Halim mengikuti wajib militer Belanda.

Halim mendapat pendidikan opsir torpedo di Surabaya. Tapi begitu Jepang menduduki Jawa (1942), Belanda dipukul telak. Sisa-sisa armadanya mundur ke Australia. Sialnya, kapal yang ditumpanginya kepergok pesawat Jepang di perairan Cilacap dan langsung dibombardir. Namanya belum ajal, Halim yang terapung-apung di laut lepas diselamatkan oleh sebuah kapal Inggris. Untuk selanjutnya dibawa ke Australia dan terakhir di India.

Di India ini nasib Halim ditentukan. Tanpa sengaja, Panglima Armada Inggris di India Laksamana Mounbatten, melihat lukisan dirinya di kamar Halim. "Siapa yang melukis," tanya Mounbatten. "Saya," jawab Halim yang memang piawai melukis. Saking respeknya kepada Halim hingga suatu hari Mounbatten menawarkan pendidikan militer di Inggris. Dengan cerdik Halim menawar. "Bagaimana kalau bagian udara."

Atas rekomendasi Mounbatten, Halim diterbangkan ke Gibraltar, selanjutnya ke Inggris. Halim kemudian dikirim ke sekolah AU Kanada (RCAF). Di negeri "asing" itulah, Halim memulai karirnya sebagai navigator sejak 1943.

Ketika kembali ke induk pasukannya MLD dengan pangkat RAF Flight Lieutenant (Kapten Udara) dan terlibat dalam puluhan misi, Halim dianggap juru selamat yang digelari The Black Mascot, jimat hitam. Kenapa? Karena dari setiap misi yang diikutinya, selalu kembali selamat dengan hasil gemilang. Anak Madura ini sangat disegani sebagai navigator. Halim aktif dalam 44 serangan udara terhadap Perancis dan Jerman sampai Perang Dunia II usai.

Menjelang akhir 1945, tentara Sekutu mendarat di Jakarta. Disinilah, seorang perwira AU Inggris berkulit sawo matang terlihat di antara tentara Inggris. Namanya Halim Perdanakusuma. Kedatangannya menyita perhatian tentara republik. Berkulit gelap, tapi tentara Inggris. Perihal kecurigaan itulah, esoknya Halim ditahan tentara republik di Kediri. (ternyata Halim disersi begitu tiba di Jakarta dan, sepertinya, dalam perjalanan ke Kediri tertangkap TRI), namun dilepas melalui surat sakti Menteri Pertahanan Amir Syarifudin.

Suryadarma -Kepala Staf TNI Angkatan Udara dari 1946 hingga 1962- yang mengetahui keberadaan Halim di Sumenep setelah dibebaskan, segera memerintahkan ajudannya Kapten Udara Arifin Marzuki mencaritahu keberadaan Halim seraya menyampaikan maksud Suryadarma agar Halim bersedia membantu Angkatan Perang RI yang masih "bayi".

Halim mulai aktif menyiapkan perubahan TRI Jawatan Penerbangan menjadi Angkatan Udara RI. Beberapa penerbangan ujicoba diikutinya. Sebutlah pada 23 April 1946, tiga pesawat Cureng mendarat di Kemayoran. Kemudian ke Sumenep dan Malang, yang dilakukan secara formasi bersama Perwira Udara I Sujono dari tanggal 21 - 26 Mei.

Pengalamannya sebagai mantan perwira RAF, dimanfaatkan betul oleh Suryadarma, terutama dibidang operasi. Juga dalam perundingan-perundingan dengan AU Inggris, Komodor Halim selalu terlihat mendampingi Suryadarna. Panglima Besar Jenderal Sudirman dengan yakin, selalu menanyakan perkembangan AURI kepada Halim.

Gugurnya Adisujipto, tak pelak membuat Suryadarma kehilangan besar. Jabatan yang lowong harus diisi oleh seorang perwira berpengalaman, dedicated, seperti Adisutjipto. Pada bagian inilah puncak karir Halim, ketika dipercaya menjadi Wakil KSAU II menggantikan Adisutjipto.

24 Agustus 1947 Halim diperintah menjabat Komandemen AURI Sumatera dengan tugas menyiapkan angkatan udara di Sumatera bersama Opsir Udara I Iswahyudi. Penyiapan ini diambil sebagai emergency plan jika Jawa lumpuh akibat agresi Belanda. Basis didirikan di Bukittinggi. Lapangan terbang Gadut dihidupkan, dengan Iswahyudi sebagai komandan.

Halim Perdana Kusuma gugur ketika pesawat Avro Anson Mk 19 Series 1 yang di kemudikan oleh Iswahyudi dan dinavigatori-nya jatuh di pantai Lumut, Tanjong Hantu, Malaysia tanggal 14 Desember 1947. Tidak diketahui penyebab jatuhnya pesawat tersebut, namun diduga karena cuaca buruk atau ditembak. Ketika itu ia ditugaskan untuk membawa senjata dari Thailand. Bangkai pesawat ditemukan, hanya jasad Halim yang ditemukan tapi jasad Iswahyudi dan senjata-senjata yang dibeli dari Thailand tidak pernah ditemukan.

Jenazahnya dimakamkan di Teluk Murok, Malaysia. Masyarakat setempat yang sudah menganggapnya sebagai pahlawan, sempat keberatan ketika jenazahnya di pindahkan ke TMP Kalibata, 10 November 1975. Halim Perdana Kusuma gugur dalam usia yang masih sangat muda yaitu 25 tahun.

bandara internasional indonesia
Seperti inilah namanya diabadikan
Sebagai pribadi, Halim simpatik. "Orangnya periang, gagah, dan teman yang bisa diandalkan," jelas Marsdya (Pur) Hasan Muhammad Soejono. Tak heran ketika kembali ke induk pasukannya MLD dengan pangkat RAF Flight Lieutenant (Kapten Udara) dan terlibat dalam puluhan misi, Halim dianggap juru selamat yang digelari The Black Mascot, jimat hitam. Kenapa? Karena dari setiap misi yang diikutinya, selalu kembali selamat dengan hasil gemilang. Anak Madura ini sangat disegani sebagai navigator. Halim aktif dalam 44 serangan udara terhadap Perancis dan Jerman sampai Perang Dunia II usai.


Sumber : http://www.artileri.org/2012/01/halim-perdanakusuma-mengenal-lebih.html